Enam Hari Singapura - Malaysia, November 2013

Salam para backpacker amatir! Kali ini, saya, sahabat kalian mau berbagi tentang pengalaman pertama ke Negara Singamancur dan Malaysia. Edisi kali ini, saya pergi dengan empat orang pelancong amatiran lainnya untuk menghadiri sebuah acara seminar di National University of Singapore (NUS). Kita berangkat ke SG hari Rabu tanggal 6 dan pulang hari Senin pagi tgl 11 dari KL.

Perjalanan ini dasarnya semi-dinas (ala mahasiswa), tapi tetep bisa jalan-jalan kok (pakai uang sendiri loh ya!). Di luar biaya pesawat, saya cuma mengeluarkan uang sekitar 1.3 juta untuk enam hari. Sejujurnya itu pas-pasan banget sih, apalagi dengan nilai tukar Rupiah ke Dolar Singapura yang lagi naik banget, kira-kira 9300. Sebagian besar pengeluaran habis untuk penginapan, sisanya ongkos untuk jalan-jalan dan makan.

Saya berangkat dari Jakarta jam 2 siang sendiri, terpisah dari dua teman saya yang pergi lebih awal. Saya beruntung karena dapat pesawat Garuda Indonesia Boeing 737-800--udah gitu di pesawat saya dapat seat dekat jendela dan pesawat waktu itu bener-bener sepi penumpang. Wuiiih, perjalanan pertama ke Singapura ini pun jadi nggak terasa gembel banget hha

Sekitar pukul setengah lima waktu Singapura, sampailah saya di Bandara Internasional Changi. Garbarata besar, lorong-lorong kaca, aula tunggu beralas permadani, Changi Skytrain menyambut saya begitu sampai di sana *o*


Changi Airport
Nggak cuma terpesona dengan penampilan Changi, saya juga sempat kagok karna waktu itu saya keliatan banget "orang baru"nya, dibanding penumpang lain yang turun pesawat dengan saya. Sebenernya teman saya sebelumnya pernah cerita soal step-step keluar terminal, dari Skytrain sampai shelter MRT Changi, tapi nggak ada satu pun yang keinget, jadilah saya ngluntang-nglantung sendiri.

Pertama kali di Skytrain, berasa kayak di dunia masa depan! Duh, saya baru sadar kalau Jakarta bener-bener ketinggalan--kecuali TMII ya. Bersih, canggih, dan super kilat. KILAT, itu first impression untuk Singapura. Ya, selain Skytrain, eskalatornya pun cepet banget! Bukannya norak ya, seumur hidup di Jakarta pun saya sering naik eskalator, tapi nggak ada yang secepat eskalator di Singapura :O

Sukses keluar pintu Arrival Changi di Terminal 3, saya langsung cari tempat menuju MRT. Setelah berjalan cukup jauh, dengan tas gembol berat a la backpacker, saya sampai di shelter MRT. Begitu mampir di loket, saya dilayani mbak-mbak India yang bermuka datar. Niat ingin membeli kartu Singapore Tourist Pass (STP), ternyata di situ tidak tersedia dan saya harus ke loket di seberang yang berarti saya harus naik turun jalan eskalator lagi! Huft...     


Sesampainya di loket khusus STP, saya langsung membeli kartu untuk 3 hari, harganya SG$30 (catatan SG$10 bisa diambil setelah kartu dikembalkan). Sebenarnya saya juga sudah pegang kartu EZ Link yang saya pinjam dari teman, tapi strategi saya waktu itu beli STP dulu untuk 3 hari pertama, lebihnya nanti tinggal top up EZ Link tanpa perlu beli kartu 5 dolar. Selain biaya penginapan, pengeluaran transport termasuk yang paling menguras uang untuk jalan-jalan di Singapura. (Baca juga: Info dan Tips Empat Hari Backpacker di Singapura)

Pengalaman pertama naik MRT, bikin iri juga. Selain bersih, canggih, dan super kilat, jadwalnya pun tepat waktu. Kita nggak perlu cemas kalau mau naik MRT, karena waktu setiap MRT yang akan sampai di tempat bisa kita lihat sendiri. Begitu naik, langsung awasin rute perjalanan yang nempel di atas setiap pintu. Nggak seperti peta rute yang ada di KRL Jakarta, di sana kita bisa liat posisi stasiun yang sedang dan telah dilewati, jadi nggak perlu panik cari palang nama stasiun setiap kali berhenti. 

Ada satu kejadian cengo sewaktu di MRT. Dari Changi, penumpang yang mau menuju Joo-Koon (ujung dari jalur MRT Timur-Barat) harus pindah jalur begitu sampai di Stasiun Tanah Merah. Bodohnya saya nggak bergerak waktu kereta berhenti di sana, padahal udah ada informasinya dan ada tulisan "To The City" di jalur seberang waktu pintu kereta terbuka. Jleb, pintu ditutup lagi, orang-orang baru sudah menempati kursi-kursi di sekitar saya, kereta mulai bergerak balik arah, saya baru sadar kalau saya salah!
   
***

Di Singapura saya dan teman-teman saya tinggal di hostel di daerah Kallang, namanya iBackpacker Kallang (sebelumnya sudah booking lewat booking.com). Tempatnya agak terpencil karena di antara ruko-ruko, tapi deket banget sama Stasiun MRT Kallang dan pool bus. Begitu sampai dari stasiun, saya langsung mencari jalan tempat hostel saya berada. Udah nemu jalannya, tapi saya dibikin pusing dengan deretan ruko-ruko, bau masakan babi, dan kakek tua yang nggak ngerti Bahasa Inggris juga Bahasa Melayu a la Indonesia. Penderitaan itu untungnya nggak berlangsung lama, pemilik hostel udah melihat gelagat saya dan akhirnya memanggil saya yang lagi celingak-celinguk di sekitar hostel.

Selama 4 hari 3 malam kita sewa satu family room, harganya SG$224 atau sekitar 2 juta rupiah, tapi karena kita berempat jadi masing-masing cuma bayar 500 ribuan. Kalau mau dapat penginapan gratis bisa banget loh, apalagi kalau yang solo traveller. Coba buka situs hospitalityclub.org atau couchsurfing.org. Lewat situs itu kita bisa cari orang sana yang bisa ngasih kita tumpangan tempat tinggal. Kalo udah nemu profil yg cocok, kita bisa langsung kirim message atau email.

Kallang

Karena kita empat hari di SG, kalau pakai STP agaknya lebih boros. Teman saya yg dari awal sudah pakai EZ Link cuma isi SG$20 dan masih sisa, sementara saya di hari keempat harus top up EZ Link lagi sebesar 10 dolar (nilai minimal top up). Jadi total saya ngeluarin 30 dolar, padahal 20 dolar pun cukup! :,(

Rute perjalanan kita:
Hari 1: Changi - Kallang - Bukit Merah - Kallang
Hari 2: Kallang - Kent Ridge - Harbour Front - China Town - Little India - Kallang
Hari 3: Kallang - Kent Ridge - Harbour Front - Orchard - Bugis - Kallang
Hari 4: Kallang - Bugis - Raffles - Arab st @ Bugis - Kallang - Bugis

National University of Singapore


Untuk makan, kalau pinter cari tempat makan, kita bisa dapet 3-5 dolar. Kalau bawa makanan instan dari rumah bisa juga kalau mau hemat, jadi di sana nggak banyak jajan. Soal minum, kalau cuma tahan sama air putih aja nggak usah repot, cukup bawa botol minum, air bisa didapet di toilet.


Malaysia

Habis dari SG, kita ke KL. Berangkat Sabtu sore dari terminal bus lintas-negara di daerah Bugis. Kita kemarin naik bus Causeway Link jurusan Johor, Malaysia. Busnya ada 5 menit sekali (kalau tidak salah), pokoknya setelah sampai di sana kita nggak perlu menunggu lama. Tarifnya cuma 2.5 dolar.

Selain bus Causeway ada juga bus lain, sprt Singapore-Johore Express (tarif SG$4). Kalau mau yang bayar dengan EZ Link, sekalian ngabisin saldo, bisa naik bus SBS nomor 170 atau 160 (soal rute dan tarif bisa cari sendiri).

Perjalanan dari Bugis ke Johor sekitar 1 jam. Sebelum menyebrang ke Malaysia, penumpang harus berhenti di tempat transit imigrasi, lalu antri lagi untuk naik bus yang sudah kita bayar (kemungkinan bukan dengan bus yg sebelumnya dinaikin). Setelah menyebrang, bus akan memberhentikan kita di tempat transit imigrasi Malaysia. Setelah itu kita harus keluar untuk menjemput bis yang akan membawa kita ke Johor.

Pengalaman lalu, kita ternyata salah keluar, bukan lewat pintu untuk menyusul bus antarnegara yang kita naiki tapi benar-benar ke pintu keluar. Alhasil kita harus ngeluarin 4 Ringgit untuk bayar bus ke Johor. Cerita kemarin kita sempat diusir supir bus Causeway karena kita pikir itu masih bus lanjutan dari Singapur tadi. Kalau sebelumnya kita nggak salah keluar, kita nggak perlu ngeluarin uang lagi.

Sesampainya di Terminal Johor Bahru, kita langsung cari tiket bus menuju KL di loket-loket yang tersedia. Perhatian, di sana banyak calo (orang yang nanya2 kita mau ke mana dan nawarin bus) persis seperti di terminal-terminal Jakarta (tempatnya juga!). Kebetulan kita berencana ke rumah kerabat di Kajang, Selangor. Ongkos bus Johor - Kuala Lumpur yang kita dapat MYR34. Perjalanan memakan waktu sekitar 5 jam sampai ke Terminal Bersepadu Selatan (TBS) di Bandar Tasik Selatan, KL.



Malaysia
Kira-kira sampai gitu aja, soalnya kita di sana jalan-jalan dengan mobil pribadi, jadi nggak banyak keluar uang hihihi.

Komentar

  1. hostel ibackpacker kallang lumayan gak? trus kmu booking tuh hostel langsung apa sblmnya lwt on line? trims

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf baru balas sekarang.. Standar sih, tapi lumayanlah kalo untuk tidur hhe. Untuk tempat tidur oke. Kamar mandi mungkin agak kurang nyaman karna sempit dan dipakai ramai2. Kemarin kita juga sempet ngalamin masalah kayak AC, tapi bisa cepet ditanganin sih. Selain itu paling lingkungan sekitar hostel, di sana banyak restoran2 Cina langganan warga, bukan pelancong, jadi harus bisa menyesuaikan aja. Fasilitasnya lumayan kok, ada wifi, kulkas (luar), dan dispenser minum gratis.

      Bookingnya online lewat booking.com, saya pesan via web itu karena di website lain kita diminta bayar DP dulu.

      Hapus

Posting Komentar